Selasa, 14 Desember 2010

Sloka-sloka Bhagavad-gita

Bhagavad-gita
Sloka-sloka dikutip dari Bhagavad-gita Menurut Aslinya
Oleh A.C. Bhaktivedanta Swami Prabhupada

Sloka 2.13
Seperti halnya sang roh terkurung di dalam badan terus-menerus mengalami perpindahan, di dalam badan ini, dari masa kanak-kanak sampai masa remaja sampai usia tua, begitu juga sang roh masuk ke dalam badan lain pada waktu meninggal. Orang yang tenang tidak bingung karena pergantian itu.

Sloka 2.14
Wahai Putera Kunti, suka dan duka muncul untuk sementara dan hilang sesudah beberapa waktu, bagaikan mulai dan berakhirnya musim dingin dan musim panas. Hal-hal itu timbul dari penglihatan indria, dan seseorang harus belajar cara mentolerir hal-hal itu tanpa goyah, wahai putera keluarga Bharata.

Sloka 2.20
Tidak ada kelahiran maupun kematian bagi sang roh pada saat manapun. Dia tidak diciptakan pada masa lampau, ia tidak diciptakan pada masa sekarang, dan dia tidak akan diciptakan pada masa yang akan datang. Dia tidak dilahirkan, berada untuk selamanya dan bersifat abadi. Dia tidak terbunuh apabila badan ini dibunuh.

sloka 2.22
Seperti halnya seseorang mengenakan pakaian baru, dan membuka pakaian lama, begitu pula sang roh menerima badan-badan jasmani yang baru, dengan meninggalkan badan-badan lama yang tidak berguna.

Sloka 2.27
Orang yang dilahirkan pasti akan meninggal, dan sesudah kematian, seseorang pasti akan dilahirkan lagi. Karena itu, dalam melaksanakan tugas kewajibanmu yang tidak dapat dihindari, hendaknya engkau jangan menyesal.

sloka 2.47
Engkau berhak melakukan tugas kewajibanmu yang telah ditetapkan, tetapi engkau tidak berhak atas hasil perbuatanmu. jangan menganggap dirimu penyebab hasil kegiatanmu, dan jangan terikat pada kebiasaan tidak melakukan kewajiban.

sloka 2.48
Wahai Arjuna, lakukanlah kewajibanmu dengan sikap seimbang, Lepaskanlah segala ikatan terhadap sukses maupun kegagalan. sikap seimbang seperti itu disebut yoga.

sloka 2.29
Wahai Dhananjaya, jauhilah segala kegiatan yang menjijikkan melalui bhakti dan dengan kesadaran seperti itu serahkanlah dirimu kepada Tuhan Yang Maha Esa. orang yang ingin menikmati hasil dari pekerjaannya adalah orang pelit.

sloka 2.58
Orang yang dapat menarik indria-indrianya dari obyek-obyek indria, bagaikan kura-kura yang menarik kakinya ke dalam cangkangnya, mantap dengan teguh dalam kesadaran yang sempurna.

sloka 2.62-2.63
Selama seseorang merenungkan obyek-obyek indria, ikatan-ikatan terhadap obyek-obyek indria itu berkembang. dari ikatan seperti itu berkembanglah hawa nafsu, dan dari hawa nafsu timbullah amarah.
Dari amarah timbullah khayalan yang lengkap, dari khayalan menyebabkan ingatan bingung. Bila ingatan bingung, kecerdasan hilang, bila kecerdasan hilang, seseorang jatuh lagi ke dalam lautan material.

sloka 2.67
Seperti perahu yang berada pada permukaan air dibawa lari oleh angin kencang, kecerdasan seseorang dapat dilarikan bahkan oleh satu saja di antara indria-indria yang mengembara dan menjadi titik pusat untuk pikiran.

sloka 3.8
Lakukanlah tugas kewajibanmu yang telah ditetapkan, sebab melakukan hal demikian lebih baik daripada tidak bekerja. Seseorang bahkan tidak dapat memelihara badan jasmaninya tanpa bekerja.

sloka 3.13
Para penyembah Tuhan dibebaskan dari segala jenis dosa karena mereka makan makanan yang dipersembahkan terlebih dahulu untuk korban suci. Orang lain, yang menyiapkan makanan untuk kenikmatan indria-indria pribadi, sebenarnya hanya makan dosa saja.

sloka 3.19
Karena itu, hendaknya seseorang bertindak karena kewajiban tanpa terikat terhadap hasil kegiatan, sebab dengan bekerja tanpa ikatan terhadap hasil, seseorang sampai kepada Yang Mahakuasa.

sloka 3.35
jauh lebih baik melaksanakan tugas-tugas kewajiban yang sudah ditetapkan untuk diri kita, walaupun kita berbuat kesalahan dalam tugas-tugas itu, daripada melakukan tugas kewajiban orang lain secara sempurna. kemusnahan sambil melaksanakan tugas sendiri lebih baik daripada menekuni kewajiban oarang lain, sebab mengikuti jalan orang lain berbahaya.

sloka 3.38
Seperti halnya api ditutupi oleh asap, cermin ditutupi oleh debu, atau janin ditutupi oleh kandungan, begitu pula makhluk hidup ditutupi oleh berbagai tingkat hawa nafsu ini.

sloka 4.7
Kapanpun dan dimanapun pelaksanaan dharma merosot dan hal-hal yang bertentangan dengan Dharma merajalela - pada waktu itulah Aku sendiri menjelma, wahai putera keluarga Bharata.

sloka 4.8
Untuk menyelamatkan orang saleh, membinasakan orang jahat dan untuk menegakkan kembali prinsip-prinsip Dharma, Aku sendiri muncul pada setiap jaman.

sloka 4.11
Sejauh mana semua orang menyerahkan diri kepada-Ku, aku menganugerahi mereka sesuai dengan penyerahan dirinya itu. Semua orang menempuh jalan-Ku dalam segala hal, wahai putera Prtha.

sloka 4.22
Orang yang puas dengan keuntungan yang datang dengan sendirinya, bebas dari hal-hal relatif, tidak iri hati, dan mantap baik dalam sukses maupun kegagalan, tidak pernah terikat, walaupun ia melakukan perbuatan.

sloka 5.20
Seseorang sudah mantap dalam kerohanian jika ia tidak merasa riang bila mendapatkan sesuatu yang menyenangkan ataupun menyesal bila ia mendapatkan sesuatu yang tidak menyenagkan, paham tentang dirinya sendiri, tidak dibingungkan, dan menguasai ilmu pengetahauan tentang Tuhan.

sloka 6.6
Pikiran adalah kawan yang paling baik bagi orang yang sudah menaklukkan pikiran; tetapi bagi orang yang gagal mengendalikan pikiran, maka pikirannya akan tetap sebagai musuh yang paling besar.


sloka 6.16
Wahai Arjuna, tidak mungkin seseorang menjadi yogi kalau dia makan terlau banyak, makan terlalu sedikit, tidur terlalu banyak atau tidak tidur secukupnya.

sloka 6.19
Ibarat lampu di tempat yang tidak ada angin tidak bergoyang, seorang rohaniwan yang pikirannya terkendalikan selalu mantap dalam semadinya pada Sang Diri yang rohani dan melampaui hal-hal duniawi.

sloka 6.30
Aku tidak pernah hilang bagi orang yang melihat Aku dimana-mana dan melihat segala sesuatu berada di dalam Diri-Ku, dan diapun tidak pernah hilang bagi-Ku.

sloka 7.7
Wahai perebut kekayaan, tidak ada kebenaran yang lebih tinggi daripada-Ku. Segala sesuatu bersandar kepada-Ku, bagaikan mutiara yang diikat pada seutas tali.

sloka 7.9
Aku adalah harum yang asli dari tanah, dan Aku adalah panas dalam api. Aku adalah nyawa segala sesuatu yang hidup, dan Aku adalah pertapaan semua orang yang bertapa.

Tidak ada komentar: