Selasa, 04 Agustus 2015

Torino... Saya RIndu

Sudah hampir 3 tahun berlalu semenjak saya meninggalkan kota ini. Beberapa lama tinggal di sana sudah cukup membuat saya jatuh hati dengan kota ini. Entah kenapa, kota ini cukup tenang bagi saya. Ya, paling tidak kota ini tidak seramai kota 'tetangga', yaitu Milan. Kota ini membawa ketenangan bagi saya dalam dua tahun masa perjuangan meraih mimpi.

Itulah kota Turin. Sebuah kota di ujung barat-utara negara Italia. Atas karunia Tuhan Yang Maha Kuasa, saya sempat tinggal beberapa lama disana untuk menyelesaikan studi master saya. Ya, sebuah kesempatan yang saya impikan sejak lama, kuliah ke luar negeri.

Saya merindukan kamar sederhana tempat saya tinggal dulu. Saya merindukan dapur tempat saya memasak setiap hari. Saya merindukan pasar dimana saya dapat memenuhi kebutuhan pangan saya dengan harga yang terjangkau. Saya merindukan tomat Sicillia-mu, yang memberi rasa disetiap masakan sederhana saya. Saya merindukan suara tram yang dapat membawa saya kemana-mana. Saya juga merindukan bis dan halte yang mengantarkan saya ke kampus. Saya merindukan kelas tempat dimana dosen saya dengan kerendahan hatinya mengajarkan ilmu dan pengalaman-pengalaman beliau. Saya merindukan lab tempat saya praktikum dan menyelesaikan penelitian akhir. Saya bahkan penasaran dengan ambulans yang membawa saya untuk dirujuk perawatan di luar kota. 

Turin... saya rindu cuaca dan iklimmu. Mungkin saat ini daun-daun di kotamu sudah menguning dan berguguran menyambut musim dingin. Saya rindu momen itu. Ketika pertama kali membuka mata di pagi hari dan mendadak kota berwarna putih karena sepanjang malam turun salju. Oh, inikah salju? 

Turin... sering hari-hari saya terasa begitu jenuh. Menyadari betapa sulitnya pelajaran yang saya terima di kampus. Sering merasa begitu berat sebab tugas-tugas kampus masih belum terselesaikan. Atau, kekhawatiran karena akan ujian. Ada kalanya saya merasa kesepian karena merindukan seseorang nan jauh di sana, di tanah air. Beberapa kali ke wartel, kedinginan, atau bahkan kehujanan hanya karena ingin mendengar suaranya. Saya merasa berat perjuangan ini. Namun, kota ini selalu menawarkan keramahannya. Bahkan, berjalan-jalan keluar sendiri di sepanjang kota sudah cukup melepaskan segala kepenatan ini.

Terima kasih untuk tempat-tempat indah dan bersejarahmu. Terima kasih taman-taman kotamu yang asri, tempat melepas segala kejenuhan. Terima kasih untuk pizza vegetarianmu. Terima kasih untuk gelato-nya. Terima kasih untuk para sahabat, dosen, dan warga Turin. 

Tiga tahun berlalu... saya begitu merindukanmu.